Terlena Harapan
Gelap bergemintang mengawal pikiran tiap petang
Peristiwa demi peristiwa mengkabut didalamnya
Jalinan emosi menyatu, antara duka, cita, amarah ,kecewa, beserta kawan-kawannya
Hingga dapat disimpulkan bahwa kecewalah yang mendominan
Memutar pikiran dan hati kembali, mengapa bisa demikian?
Mengapa yang mendominan itu harus kecewa?
Sebab apa?
Yang diharap bukanlah pada Sang Pemberi Harap sesungguhnya
Bukankah telah ditanam sebelumnya? Untuk tumbuh dalam pikiran nan hati benih-benih iman pada Tuhan dan meletakkan harap hanya pada-Nya?
Lalu mengapa bisa terlena ?
Komentar
Posting Komentar